PENDERITAAN SAKIT DALAM TUHAN

jeffriegerry12@gmail.com
0

 


PENDERITAAN SAKIT DALAM TUHAN

Oleh: Hati yang Hancur dan Berserah

Aku terbaring di ranjang luka,
Tubuhku lemah, jiwaku merana.
Tak ada peluru, tak ada pedang,
Namun tubuhku remuk perlahan datang.

Bukan karena Tuhan menghukum,
Bukan karena langit menutup.
Ini bukan badai tanpa sebab,
Tapi karena diriku yang lalai tetap.

Bertahun-tahun aku abaikan,
Tubuh yang Kau beri sebagai titipan.
Kuserahkan pada nafsu dunia,
Tanpa syukur, tanpa sedia.

Kupikir hidup panjang dan kuat,
Tanpa peduli racun yang kuangkat.
Makanan sembarangan, tidur tak cukup,
Langkah-langkahku bukan dalam tuntunan hidup.

Kini tubuhku rebah tak berdaya,
Sakit mendera dari ujung kaki ke kepala.
Jeffrie Gerry ini bukan menderita karena takdir,
Tapi karena pilihan yang tak pernah kuganjil.

Tangis ini tak dapat kubendung,
Setiap malam kuratap dalam renung.
Sakit ini adalah jeritan tubuh,
Yang selama ini kusembunyikan dari lubuk.

Tuhan, bukan Engkau yang membawa derita,
Ini hasil dari pilihanku yang tak bijaksana.
Aku tak menjaga bait-Mu yang kudus,
Tubuh ini, tempat Roh-Mu menyelusup halus.

Air mataku jatuh di bantal,
Hatiku remuk, jiwa pun tinggal.
Doaku tak seperti dulu lagi,
Kini kuucap lirih penuh nyeri.

Ampuni aku, ya Tuhan yang Agung,
Yang telah meremehkan kasih dan tuntun-Mu.
Yang mencintai lebih banyak kenikmatan dunia,
Daripada hikmat hidup dalam Firman-Mu yang mulia.

Aku sadar sekarang, walau terlambat,
Bahwa sakit ini bukan ujian berat,
Tapi buah dari pohon kelalaian,
Yang kusemai dengan tangan penuh angkuhan.

Namun Engkau bukan Tuhan yang menertawakan,
Engkau bukan Allah yang senang dalam kesakitan.
Engkau justru merangkul hati yang hancur,
Dan menyembuhkan luka dengan kasih yang jujur.

Aku ingat firman-Mu, ya Tuhanku,
Bahwa darah Anak-Mu kudus dan penuh restu.
Darah Yesus, yang mengalir di Kalvari,
Mampu mencuci dosa yang merah menyala jadi putih berseri.

Kirmizi dosaku tak mampu kusembunyikan,
Namun di hadapan Salib-Mu kutelanjang.
Dan betapa ajaibnya, ya Yesus yang Hidup,
Engkau tak mencaci, Engkau malah peluk tubuh yang hancur luluh.

Sakit ini jadi sekolah jiwaku,
Sakit ini jadi teguran penuh makna dari-Mu.
Bukan cambuk yang menyiksa tanpa kasih,
Tapi alarm cinta, agar aku bangun dari mimpi yang letih.

Jeffrie Gerry kini tak lagi berlagak kuat,
Ia menangis, mengaku, dan berseru hebat.
Bukan karena ingin sembuh semata,
Tapi karena ingin kembali pada kasih yang lama.

Tuhan, jangan biarkan aku lalai lagi,
Ajarlah aku menjaga bait-Mu setiap pagi.
Biarlah napasku jadi pujian,
Dan gerak tubuhku jadi penyembahan.

Ajarkan aku mengenal sehat bukan sekadar gaya,
Tapi wujud syukur pada Pencipta yang setia.
Tubuh ini bukan milikku sendiri,
Ini milik-Mu, rumah yang suci dan berseri.

Aku tahu, jalan ini tak mudah,
Tapi bersama-Mu aku tak akan menyerah.
Setiap tetes obat, setiap rasa pahit,
Akan kupakai sebagai persembahan yang legit.

Aku tak ingin mengeluh lagi,
Aku ingin hidup untuk memuliakan nama-Mu yang tinggi.
Biarlah sakit ini menyucikan niat,
Menghapus kesombongan yang dulu memikat.

Hari-hari panjang di ranjang ini,
Adalah ruang perenungan yang Tuhan beri.
Bukan penjara, bukan kutuk,
Tapi kamar rahmat tempat jiwaku tunduk.

Engkau senang pada hati yang hancur,
Pada jiwa yang menyesal dan tidak kabur.
Engkau menyambut seperti ayah kepada anak hilang,
Meskipun penuh luka dan langkah pincang.

Yesus, darah-Mu bukan sekadar kisah,
Itu sungai kasih yang memulihkan resah.
Dosa sewarna darah pekat dan keras,
Kini jadi putih seperti salju di alas.

Tak ada penghukuman dalam pelukan-Mu,
Yang ada hanya kasih yang terus menyatu.
Sekalipun tubuhku masih terbaring,
Jiwaku kini bebas, tak lagi gentar dan gersang.

Jeffrie Gerry bukan lagi orang lama,
Ia telah dibasuh, disucikan dalam nama.
Ia akan bangkit, berjalan dengan arah baru,
Dalam terang Firman, dalam kasih yang menyatu.

Mungkin tubuh ini tak kembali sempurna,
Tapi hatiku kini penuh cahaya.
Dan jika suatu hari Kau ijinkan sembuh,
Itu bukan karena aku layak, tapi karena salib-Mu penuh peluh.

Jangan biarkan kesalahan terulang,
Buat aku hidup dalam kasih yang tenang.
Bukan lagi dikuasai keinginan yang rusak,
Tapi dipimpin Roh-Mu dalam langkah bijak.

Kini setiap sakit adalah pelajaran,
Setiap derita adalah pengingat jalan.
Tuhan tak ingin aku binasa,
Tapi bertobat dan kembali dalam cahaya surga.

Terima kasih, ya Yesus yang kudus,
Engkau tak membuang, Engkau malah memeluk tulus.
Dan dari ranjang sakit ini,
Aku memuji-Mu, Allah sejati dan abadi.



KUDUSLAH ENGKAU DI TENGAH SAKITKU

Oleh hati yang tersungkur dan memuji dalam debu

Di atas ranjang ini aku terbaring,
Tak lagi bisa berlari, tak bisa berdiri.
Tubuh ini dulu sombong dan gagah,
Kini lemah, rapuh, hanya mampu mengeluh lirih.

Namun, ya Tuhan, dalam segala sakitku,
Aku menemukan hadirat-Mu yang paling syahdu.
Engkau tidak menjauh saat aku mengaduh,
Malah hadir lebih dekat daripada denyut nadiku yang lesuh.

Aku tahu, penderitaan ini bukan tangan-Mu yang menjatuhkan,
Ini hasil dari hidupku yang tak memperhatikan.
Tak kujaga tubuh-Mu yang Kau titipkan,
Kubuat aturan sendiri tanpa arah dari firman.

Tak salah Engkau, ya Pencipta kehidupan,
Yang salah adalah aku yang penuh kelalaian.
Tidak hidup sehat, tidak menjaga diri,
Padahal tubuh ini bait-Mu yang suci.

Namun sungguh besar kasih-Mu, ya Allahku,
Engkau tak menamparku dalam murka-Mu.
Engkau malah membuka tangan penuh pengampunan,
Dan menampung air mataku dengan belas kasihan.

Sakit ini, ya Tuhan, telah menjadi altar,
Tempat aku menyembah dengan air mata yang mengalir deras.
Tiada lagi kebanggaan, tiada lagi topeng,
Hanya ada pengakuan dan pujian yang tulus menjulang.

Kuduslah Engkau, ya Allah yang menyembuhkan,
Kuduslah Engkau, yang tak membuang pendosa yang datang.
Betapa agung darah Putra-Mu yang Kudus,
Mampu membasuh noda yang merah menyala menjadi putih mulus.

Yesus, di tengah sakit ini, Engkaulah penghibur,
Dalam kesendirian, Engkau menjadi pelipur.
Engkau mendekap jiwaku saat tak ada yang mengerti,
Engkau bersabda: “Aku di sini, jangan khawatir lagi.”

Aku bersyukur untuk sakit ini, ya Tuhan,
Sebab dalam derita, kuhidup kembali dalam pengenalan.
Kini aku tahu, lebih baik ku terbaring dengan Engkau dekat,
Daripada berdiri jauh tanpa mengenal kasih-Mu yang hebat.

Jeffrie Gerry bukan lagi manusia lama,
Yang hanya mengejar nikmat tanpa menjaga jiwa.
Kini aku rindu hidup sehat karena cinta,
Bukan demi panjang usia, tapi demi memuliakan Sang Raja.

Kuduslah Engkau, ya Tuhan yang penuh setia,
Yang mendengar doaku walau suaraku lirih tak bersuara.
Tak ada dosa yang terlalu gelap bagi terang-Mu,
Tak ada luka yang terlalu dalam bagi sentuhan kasih-Mu.

Engkau mengangkatku bukan karena aku layak,
Tapi karena Salib Yesus yang penuh kasih dan bijak.
Darah-Mu, ya Anak Domba, menjadi jembatan,
Dari kesalahan menuju pengampunan dan kehidupan.

Bait ini, tubuh ini, akan kujaga dengan tekun,
Karena kini aku tahu, hidup ini bukan mainan yang beruntun.
Setiap napas adalah anugerah suci,
Setiap detak jantung adalah kesempatan memuji.

Tak akan ku ulangi kesalahan masa lalu,
Kini aku ingin berjalan dalam tuntunan-Mu.
Bukan hanya sehat di luar, tapi juga di dalam,
Disucikan oleh Roh-Mu yang mulia dan dalam.

Sungguh agung Engkau, ya Tuhan yang Mahakasih,
Di tengah sakit, Engkau mengubah ratap jadi puji.
Sakit ini menjadi lagu pengakuan,
Dan Engkau menjadikannya simfoni pengampunan.

Jeffrie Gerry kini tak lagi takut,
Sebab ia tahu, Tuhannya tidak pernah sibuk.
Setiap detik penderitaan ada dalam catatan surga,
Dan setiap tetesan air mata, Kau simpan sebagai mutiara.

Biarlah hidupku selanjutnya menjadi kesaksian,
Tentang kasih-Mu yang tak terbatas dalam pengampunan.
Tentang Yesus yang menyentuh luka-luka dalam,
Dan mengubahnya menjadi taman pengharapan.

Kuduslah Engkau, di tengah sakit dan lemah,
Kuduslah Engkau, yang tak biarkan jiwa ini menyerah.
Sakit ini tak sia-sia bila aku kembali,
Sebab dari puing dosaku, Engkau membentuk pelangi.

Tuhan, inilah pujianku dalam derita,
Tak dengan mulut kuat, tapi hati yang hancur di altar cinta.
Terimalah hidupku yang tersisa,
Jadikan aku alat kasih dan terang-Mu di dunia.



By Jeffrie Gerry dibantu oleh voice note dan roh Kudus

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)